Sunday, February 8, 2009

Guillain Barre syndrome (GBS)

Guillain Barre syndrome (GBS) adalah suatu sindroma klinis dari kelemahan akut ekstremitas tubuh, yang disebabkan oleh kelainan saraf tepi dan bukan oleh penyakit sistemis. Penyakit ini merupakan suatu kelainan sistem kekebalan tubuh manusia yang menyerang bagian dari susunan saraf tepi dirinya sendiri dengan karekterisasi berupa kelemahan atau arefleksia dari saraf motorik yang sifatnya progresif. Kelainan ini kadang kadang juga menyerang saraf sensoris, otonom, maupun susunan saraf pusat. Di Amerika Serikat, insiden terjadinya GBS berkisar antara 0,4 – 2,0 per 100.000 penduduk. GBS merupakan a non sesasonal disesae dimana resiko terjadinya adalah sama di seluruh dunia pada pada semua iklim. GBS dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia maupun ras. Insiden kejadian di seluruh dunia berkisar antara 0,6 – 1,9 per 100.000 penduduk. Insiden ini meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Antara 5 – 10 % sembuh dengan cacat yang permanen. Data di Indonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak. Penelitian Chandra menyebutkan bahwa insidensi terbanyak di Indonesia adalah dekade I, II,III (dibawah usia 35 tahun) dengan jumlah penderita laki-laki dan wanita hampir sama. Sedangkan penelitian di Bandung menyebutkan bahwa perbandingan laki-laki dan wanita 3 : 1 dengan usia rata-rata 23,5 tahun. Insiden tertinggi pada bulan April s/d Mei dimana terjadi pergantian musim hujan dan kemarau. Di Indonesia sendiri, nampaknya tidak banyak orang yang paham tentang penyakit ini, padahal dampak dari penyakit ini tidak bisa dianggap remeh. Etiologi SGB sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Guillain-Barre syndrome diduga disebabkan oleh infeksi virus, tetapi akhir – akhir ini terungkap bahwa virus bukan sebagai penyebab. Teori yang dianut sekarang adalah suatu kelainan imunobiologik, baik secara primary immune response maupun immune mediated process. Pada umumnya sindrom ini didahului oleh penyakit influenza atau infeksi saluran pernafasan atas atau saluran pencernaaan. Penyebab infeksi pada umumnya adalah kelompok virus dari kelompok herpes. Sindrom ini dapat didahului pula oleh vaksinasi,gangguan endokrin, anastesi, tindakan operasi, dan sebagainya (Harsono, 1996). Guillain-Barre syndrome berhubungan dengan respon system imun terhadap benda asing (seperti agen infeksius atau vaksin) tetapi targetnya yaitu pada jaringan syaraf inang. Target yang diserang system imun menjadi gangliosida, yaitu komplek glikosfingolipid yang ada dalam jumlah yang banyak pada jaringan saraf manusia, terutama nodus ranvier. Misalnya, gangliosida GM1, yang mempengaruhi sebanyak 20 – 50% kasus, khususnya pada orang yang didahului infeksi Campylobacter jejuni. Contoh yang lain adalah gangliosida GQ1b, yang merupakan target varian sindrom miller fisher (Goldman, 2007). Meskipun penyebabnya belum diktahui, namun diagnosanya daat ditegkkan sedini mungkin. Setidaknya hal ini dapat mencegah akibat yang sangat fatal.Pasien pada stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk terus dilakukan observasi tanda tanda vital. Ventilator harus disiapkan disamping pasien sebab paralisa yang terjadi dapat mengenai otot otot pernapasan dalam waktu 24 jam. Ketidakstabilan tekanan darah juga mungkin terjadi. Obat obat anti hipertensi dan vasoaktive juga harus disiapkan, misalnya Heparin dosis rendah dapat diberikan untuk mencegah terjadinya trombosis. Fisiotherapy juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot setelah paralisa. Oleh karena hal diatas, hendaknya semua orang mengenal tentang penyakit guillare barre syndrome ini. Download Askep selengkapnya klik di sini